Kotoran selokan yang bau serta menempel di baju dan tubuh Khusnul tak bikin warga Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat ini merasa jijik. Dengan perlengkapan seadanya, seperti sekop, cangkul serta sapu lidi, pekerja penanganan prasarana dan fasilitas umum (PPSU) Kelurahan Pinangsia ini mengangkut serta memindahkan sampah yang memenuhi selokan di lokasi Pinangsia.
" Telah biasa mas nyium bau got gini. Karena job desk kita kan salah satunya bersihkan sampah yang ada di got, " kata Khusnul saat berbincang dengan merdeka. com di samping Kantor Pos yang ada di Taman Fatahillah, Selasa (10/11).
Telah empat bulan pria beranak dua ini bergelut dengan sampah yang berasal dari selokan yang airnya berwarna hitam dan berbau tak sedap. Setiap hari, dari mulai Jam 07. 00 WIB sampai jam 16. 00 WIB, Khusnul bersama 39 pekerja PPSU lainnya menyusuri wilayah kerjanya.
" Saat ini kan ingin musim hujan, pekerjaan utamanya, yah itu, bersihin got. Agar tidak 100 % nanggulangin banjir, seenggaknya aliran air kan jadi lancar, " tuturnya.
Walau bau serta terlihat menjijikan, warga Pinangsia ini mengaku tidak berat menjalankan tugasnya membersihkan selokan. Terkecuali bersihkan selokan, mantan karyawan gudang salah satu maskapai penerbangan ini menjelaskan, membersihkan daun yang berguguran, memotong pohon, hingga mengecat trotoar masuk ke pekerjaannya.
Dengan penghasilan sebesar Rp 2, 7 juta per bulan, pria berumur 45 tahun ini mengakui cukup untuk membiayai hidup istri dan dua anaknya. Walau demikian, ia mesti menghemat sebisa mungkin.
Sama juga dengan Khusnul, satu diantara petugas PPSU, Siti (30), mengakui suka dapat jadi pekerja PPSU. Hal semacam itu bisa memudahkan biaya hidup keluarganya.
" Lumayan lah, dapat bantu biaya suami. Suami saya kerja juga, jadi driver, " kata Siti.
Siti yang masih tetap satu kelompok kerja denggan Khusnul mengatakan, walau mesti berurusan dengan sampah, ibu satu anak ini mengaku tak geli atau jijik dengan pekerjaannya. Bersama dengan timnya, warga Pinangsia ini membersihkan lokasi tempat tinggalnya.
Walau mempunyai upah serta tanggung jawab pekerjaan yang sama, Siti mengakui rekan satu timnya, terutama yang pria, tak berikan pekerjaan yang berat, seperti masuk ke got. Biasanya, Siti cuma diberikan tanggung jawab untuk mengikat karung sampah.
" Kerjanya juga dibedain, antara yang laki sama yang wanita. Saya tidak dibiarin masuk got sama naik buat motong pohon, " tuturnya.
Dalam lakukan pekerjaannya, sering Khusnul serta Siti mendapatkan warga yang bandel soal sampah. Masih ada warga yang berulang kali membuang sampah ke selokan.
Bila mendapatkan hal tersebut, hal pertama yang di jalankannya yaitu menyapa. Apabila teguran tak dihiraukan, Khusnul serta Siti bakal melaporkan perbuatan warga yang bandel itu ke pihak Kelurahan.
" Kalau nemu warga yang bandel, buang sampah ke got, saya hanya katakan atasan di kelurahan. Sama orang kelurahan, nanti RW nya diperingatin, " tutur Khusnul.
" Telah biasa mas nyium bau got gini. Karena job desk kita kan salah satunya bersihkan sampah yang ada di got, " kata Khusnul saat berbincang dengan merdeka. com di samping Kantor Pos yang ada di Taman Fatahillah, Selasa (10/11).
Telah empat bulan pria beranak dua ini bergelut dengan sampah yang berasal dari selokan yang airnya berwarna hitam dan berbau tak sedap. Setiap hari, dari mulai Jam 07. 00 WIB sampai jam 16. 00 WIB, Khusnul bersama 39 pekerja PPSU lainnya menyusuri wilayah kerjanya.
" Saat ini kan ingin musim hujan, pekerjaan utamanya, yah itu, bersihin got. Agar tidak 100 % nanggulangin banjir, seenggaknya aliran air kan jadi lancar, " tuturnya.
Walau bau serta terlihat menjijikan, warga Pinangsia ini mengaku tidak berat menjalankan tugasnya membersihkan selokan. Terkecuali bersihkan selokan, mantan karyawan gudang salah satu maskapai penerbangan ini menjelaskan, membersihkan daun yang berguguran, memotong pohon, hingga mengecat trotoar masuk ke pekerjaannya.
Dengan penghasilan sebesar Rp 2, 7 juta per bulan, pria berumur 45 tahun ini mengakui cukup untuk membiayai hidup istri dan dua anaknya. Walau demikian, ia mesti menghemat sebisa mungkin.
Sama juga dengan Khusnul, satu diantara petugas PPSU, Siti (30), mengakui suka dapat jadi pekerja PPSU. Hal semacam itu bisa memudahkan biaya hidup keluarganya.
" Lumayan lah, dapat bantu biaya suami. Suami saya kerja juga, jadi driver, " kata Siti.
Siti yang masih tetap satu kelompok kerja denggan Khusnul mengatakan, walau mesti berurusan dengan sampah, ibu satu anak ini mengaku tak geli atau jijik dengan pekerjaannya. Bersama dengan timnya, warga Pinangsia ini membersihkan lokasi tempat tinggalnya.
Walau mempunyai upah serta tanggung jawab pekerjaan yang sama, Siti mengakui rekan satu timnya, terutama yang pria, tak berikan pekerjaan yang berat, seperti masuk ke got. Biasanya, Siti cuma diberikan tanggung jawab untuk mengikat karung sampah.
" Kerjanya juga dibedain, antara yang laki sama yang wanita. Saya tidak dibiarin masuk got sama naik buat motong pohon, " tuturnya.
Dalam lakukan pekerjaannya, sering Khusnul serta Siti mendapatkan warga yang bandel soal sampah. Masih ada warga yang berulang kali membuang sampah ke selokan.
Bila mendapatkan hal tersebut, hal pertama yang di jalankannya yaitu menyapa. Apabila teguran tak dihiraukan, Khusnul serta Siti bakal melaporkan perbuatan warga yang bandel itu ke pihak Kelurahan.
" Kalau nemu warga yang bandel, buang sampah ke got, saya hanya katakan atasan di kelurahan. Sama orang kelurahan, nanti RW nya diperingatin, " tutur Khusnul.
0 Response to "Cerita Khusnul bersihkan selokan bau demi Jakarta bebas banjir"
Posting Komentar