Kondisi ini mungkin saja sering menghampiri : Anda terasa lapar diantara saat makan. Waktu perut mulai “berbunyi” serta mulut tidak dapat menahan godaan untuk kunyah, sebagian potong brownies atau sekantong keripik kentang dapat jadi " pengganjal " perut, sambil terus beraktivitas kantor atau pekerjaan rumah.
Sayangnya, teratur mengonsumsi makanan ringan yang salah dalam jumlah yang cukup banyak dapat menyebabkan penyakit metabolik. Ungkap suatu riset yang barusan launching minggu ini dalam jurnal FASEB.
Beberapa peneliti merasakan, beberapa orang yang teratur konsumsi makanan ringan tak sehat diantara saat makan, punya potensi alami reaksi berantai pada badan yang pada akhirnya mengakibatkan penyakit metabolik.
Mayo Clinic mendeskripsikan penyakit metabolik atau sindrom metabolik juga sebagai keadaan yang tingkatkan resiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Seluruhnya itu diawali dari penambahan desakan darah, gula darah yang tinggi, keunggulan lemak badan seputar pinggang, dan naiknya kandungan Cholesterol yang dikarenakan oleh makan berlebihan diluar jam makan paling utama.
Dr. Susan Wopereis serta tim peneliti dari TNO, Microbilogy, and Systems Biology Grup di Belanda melibatkan dua grup relawan dewasa. Satu grup terbagi dalam 10 orang sehat, sesaat kelompok lain terbagi dalam 9 orang dengan resiko sindrom metabolik.
Ke-2 grup terlebih dulu di ambil sampel darah saat sebelum disuruh untuk meminum satu gelas milkshake. Sesudah satu gelas minuman tinggi kalori itu habis, peneliti temukan sistem biokimia yanga bnormal yang terkait dengan pencernaan gula serta lemak pada badan responden di grup ke-2.
Grup pertama lalu disuruh teratur mengonsumsi makanan ringan diantara saat makan, seperti kue, kacang, permen, keripik sehari-harinya. Peneliti temukan, rutinitas mengemil itu dapat menaikkan kalori yang masuk ke badan sampai 1300 kalori serta sesudah 4 minggu jalan diketemukan sistem biokimia abnormal seperti yang berlangsung pada grup ke-2.
“Sering konsumsi makanan tak sehat, terlebih junk food yaitu kondisi dimana otak berkata ‘iya’ tetapi badan berkata ‘tidak’, ” kata Dr. Gerald Weissman, pemimpin redaksi dari jurnal FASEB. Sayangnya riset ini mengingatkan kita untuk memakai otak untuk dengarkan apa yang diperlukan oleh badan. Makanan ringan lezat nyatanya mempunyai konsekuensi kesehatan yang semakin besar daripada kelezatan yang didapat, ” lanjutnya.
Sayangnya, teratur mengonsumsi makanan ringan yang salah dalam jumlah yang cukup banyak dapat menyebabkan penyakit metabolik. Ungkap suatu riset yang barusan launching minggu ini dalam jurnal FASEB.
Beberapa peneliti merasakan, beberapa orang yang teratur konsumsi makanan ringan tak sehat diantara saat makan, punya potensi alami reaksi berantai pada badan yang pada akhirnya mengakibatkan penyakit metabolik.
Mayo Clinic mendeskripsikan penyakit metabolik atau sindrom metabolik juga sebagai keadaan yang tingkatkan resiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Seluruhnya itu diawali dari penambahan desakan darah, gula darah yang tinggi, keunggulan lemak badan seputar pinggang, dan naiknya kandungan Cholesterol yang dikarenakan oleh makan berlebihan diluar jam makan paling utama.
Dr. Susan Wopereis serta tim peneliti dari TNO, Microbilogy, and Systems Biology Grup di Belanda melibatkan dua grup relawan dewasa. Satu grup terbagi dalam 10 orang sehat, sesaat kelompok lain terbagi dalam 9 orang dengan resiko sindrom metabolik.
Ke-2 grup terlebih dulu di ambil sampel darah saat sebelum disuruh untuk meminum satu gelas milkshake. Sesudah satu gelas minuman tinggi kalori itu habis, peneliti temukan sistem biokimia yanga bnormal yang terkait dengan pencernaan gula serta lemak pada badan responden di grup ke-2.
Grup pertama lalu disuruh teratur mengonsumsi makanan ringan diantara saat makan, seperti kue, kacang, permen, keripik sehari-harinya. Peneliti temukan, rutinitas mengemil itu dapat menaikkan kalori yang masuk ke badan sampai 1300 kalori serta sesudah 4 minggu jalan diketemukan sistem biokimia abnormal seperti yang berlangsung pada grup ke-2.
“Sering konsumsi makanan tak sehat, terlebih junk food yaitu kondisi dimana otak berkata ‘iya’ tetapi badan berkata ‘tidak’, ” kata Dr. Gerald Weissman, pemimpin redaksi dari jurnal FASEB. Sayangnya riset ini mengingatkan kita untuk memakai otak untuk dengarkan apa yang diperlukan oleh badan. Makanan ringan lezat nyatanya mempunyai konsekuensi kesehatan yang semakin besar daripada kelezatan yang didapat, ” lanjutnya.
0 Response to "Hati-hati Memilih Makanan “Pengganjal" Perut Berikut Penjelasan Nya."
Posting Komentar